Abdurrahman Wahid (Gus Dur): Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan yang Membentuk Kariernya

Abdurrahman Wahid, lebih dikenal dengan nama Gus Dur, lahir pada 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur. Gus Dur merupakan putra dari KH. Wahid Hasyim, seorang ulama terkemuka dan tokoh penting dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia, serta cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Hasyim Asy’ari. Latar belakang keluarga yang sarat dengan nilai-nilai agama dan kebangsaan ini membentuk kepribadian Gus Dur yang unik, yakni seorang intelektual dan tokoh agama yang sekaligus memiliki pandangan progresif dalam hal kebangsaan dan pluralisme.
Sejak kecil, Gus Dur sudah dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang sangat mendukung pendidikan dan pengembangan karakter. Ia dibesarkan dalam suasana yang sangat dekat dengan dunia pesantren. Namun, Gus Dur tidak hanya mendalami ilmu agama, melainkan juga mengejar pendidikan formal di bidang sosial dan humaniora. Ia melanjutkan pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah di Jombang, sebelum melanjutkan ke Madrasah Aliyah dan kemudian ke Universitas Hasyim Asy’ari.Putut0gel
Namun, Gus Dur memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri dan pada tahun 1970, ia berangkat ke Mesir untuk belajar di Al-Azhar University, salah satu lembaga pendidikan Islam tertua dan terkemuka di dunia. Ia menimba ilmu di sana selama beberapa tahun, namun ia merasa lebih tertarik pada studi tentang pembaharuan dalam tradisi Islam dan pluralisme. Pada 1971, Gus Dur melanjutkan pendidikannya di University of Chicago, Amerika Serikat, di mana ia mendapatkan gelar Magister Filsafat. Pendidikan ini memperluas wawasan Gus Dur tentang teori-teori sosial, politik, dan filsafat, yang kelak membentuk pandangannya yang sangat terbuka dan progresif.
Pendidikan internasional yang Gus Dur peroleh di Chicago membuatnya semakin percaya bahwa Islam harus bisa diterima di tengah keragaman sosial dan budaya. Pandangannya tentang Islam yang inklusif dan moderat mulai berkembang, jauh dari pandangan konservatif yang seringkali berkembang di dunia Islam. Gus Dur percaya bahwa agama harus menjadi jalan menuju kedamaian dan toleransi antar umat manusia, dan bukan sebagai alat untuk memecah belah.Putut0gel
Setelah selesai dari studi di luar negeri, Gus Dur kembali ke Indonesia dan langsung terjun ke dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Ia mulai aktif dalam Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, yang juga merupakan warisan keluarganya. Sebagai seorang ulama dan intelektual, Gus Dur mulai dikenal luas karena pemikirannya yang terbuka dan kemampuannya untuk memimpin organisasi besar tersebut menuju pembaruan.